Memegang Tongkat Ketika sedang Berkhutbah
Oleh: Ahmad Faruq
Oleh: Ahmad Faruq
1.
Memegang Tongkat Ketika Berkhutbah Jum’at
Sering kita jumpai dilingkungan kita, ketika melaksanakan khutbah
jum’at, seorang khotib memegang tongkat, dalam menyikapi hal ini, para ulama’
berbeda pendapat dalam menghukuminya.
Jumhur (mayoritas) ulama’ fiqih mengatakan bahwa sunnah
hukumnya bagi Khotib memegang tongkat dengan tangan kirinya pada saat membaca
khutbah. Dijelaskan oleh Imam Syafi'i di dalam kitab al-Umm:
قَالَ
الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
بَلَغَنَا
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ اِعْتَمَدَ عَلَى عَصَى. وَقَدْ قِيْلَ خَطَبَ
مُعْتَمِدًا عَلَى
عُنْزَةٍ وَعَلَى قَوْسٍ وَكُلُّ ذَالِكَ اِعْتِمَادًا. أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ قَالَ
أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَناَ إِبْرَاهِيْمُ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَطَبَ يَعْتَمِدُ عَلَى عُنْزَتِهِ اِعْتِمَادًا
Imam Syafi'i
r.a. berkata : Telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah Saw.
berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau
berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu
dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Ar-Rabi' mengabarkan dari Imam Syafi'i
dari Ibrahim, dari Laits dari 'Atha', bahwa Rasulullah Saw. jika berkhutbah memegang tongkat pendeknya
untuk dijadikan pegangan.[1]
عَنْ
شُعَيْبِ بْنِ زُرَيْقٍ الطَائِفِيِّ قَالَ شَهِدْناَ فِيْهَا الجُمْعَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصَا أَوْقَوْسٍ
Dari Syu'aib bin
Zuraiq at Tha'ifi ia berkata : Kami menghadiri shalat jum'at pada suatu tempat
bersama Rasulullah Saw. beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau
busur".[2]
As Shan’ani mengomentari hadits tersebut bahwa hadits itu
menjelaskan tentang “Sunnahnya Khotib memegang pedang atau semacamnya pada
waktu menyampaikan khutbahnya”.
وَفِى الْحَدِيْثِ دَلِيْلٌ عَلَى
اَنَّهُ يُنْدَبُ لِلْخَطِيْبِ اْلاِعْتِمَادُ عَلَى سَيْفٍ اَوْنَحْوِهِ وَقْتَ
خُطْبَتِهِ
Hadits tersebut menjelaskan tentang kesunnahan khatib
memegang pedang atau semisalnya (tongkat) pada waktu menyampaikan khutbahnya.[3]
فَإِذَا
فَرَغَ المُؤَذِّنُ قَامَ مُقْبِلاً عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ لاَ يَلْتَفِتُ يَمِيْنًا وَلاَشِمَالاً
وَيُشْغِلُ يَدَيْهِ
بِقَائِمِ السَّيْفِ أَوْ العُنْزَةِ وَالمِنْبَرِ كَيْ لاَ يَعْبَثَ بِهِمَا أَوْ يَضَعَ إِحْدَاهُمَا عَلَى الآخَرِ
Apabila muadzin
telah selesai (adzan), maka Khotib berdiri menghadap jama'ah dengan wajahnya.
Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Tangannya memegang pedang yang
ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya) memegang mimbar.
Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya atau dia menyatukan tangan yang
satu dengan yang lain.[4]
Walhasil, Khutbah dengan memegang tongkat dasar hukumnya
adalah Fi’lun Nabi Saw. sebagaimana yang pendapat Imam Suyuthi :
كَانَ
إِذَا خَطَبَ فِي الْحَرْبِ خَطَبَ عَلَى قَوْسٍ وَإِذَا خَطَبَ فِي الْجُمْعَةِ
خَطَبَ عَلَى عَصَا.
Rasulullah Saw.
berkhutbah ketika perang beliau berkhutbah dengan memegang pedang, dan ketika
berkhutbah untuk shalat Jum’at beliau berkhutbah dengan memegang tongkat. (HR.
Ibnu Majah, Hakim dan Baihaqi).[5]
وَأنْ يَعْتَمِدَ الخَطِيْبُ عَلَى
نَحْوِ عَصَا او سَيْفٍ او قَوسٍ بِيَسَارِهِ لِلإِتِّبَاعِ, وَحِكْمَتُهُ أنَّ
هَذَا الدِّيْنَ, بِالسِّلاَحِ, وَتَكُونُ يُمْنَاهُ مَشْغُولَةَ بِالمِنْبَرِ إنْ
لَمْ يَكُنْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ كَعَاجٍ او ذَرْكِ طَيْرٍ. فَإن لَم يَجِدْ شَيْئًا
مِنْ ذَلِكَ جَعَلَ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى تَحْتَ صَدْرِهِ.
Hendaknya
khotib memegang pada seumpama tongkat atau pedang atau gendewa dengan tangan
kirinya karena mengikuti ulama’ salaf, hikmahnya adalah sesungguhnya agama ini
tegak dengan senjata, dan tangan kanannya disibukkan dengan memegang mimbar
jika pada mimbar tersebut tidak terdapat najis seperti gading atau kotoran
burung. Jika khotib tidak mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka dia
menjadikan tangan kanannya diatas tangan kirinya di bawah dadanya. [6]
Jadi, seorang Khotib disunnahkan memegang tongkat dengan tangan
kirinya ketika berkhutbah
(bukan sekedar
menyandarkannya pada dada bagian kiri) dan tangan kanannya memegang mimbar. Sehingga
dianggap makruh jika tongkatnya dipegang dengan tangan kanannya, karena hal
tersebut menyalahi hadits nabi tersebut. Tujuannya, selain mengikuti jejak
Rasulullah Saw. juga agar Khotib lebih konsentrasi (khusyu’) dalam membaca
khuthbah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar