FENOMENA
KESURUPAN
DAN
METODE PENYEMBUHAN
Peristiwa masuknya jin ke dalam
tubuh manusia masih menjadi teka-teki bagi sebagian orang. Peristiwa yang lebih
dikenal dengan istilah kesurupan atau kerasukan jin ini acap kali menjadi
polemik di tengah masyarakat kita yang heterogen. Sehingga sekian persepsi
bahkan sikap kontroversi pun bermunculan. Ada yang membenarkan dan ada pula
yang mengingkari. Bahkan ada pula yang menganggapnya sebagai perkara dusta dan
termasuk dari kesyirikan. Dalam Islam, Fenomena kesurupan merupakan bagian dari
keyakinan kepada yang ghaib. Kesurupan merupakan intervensi jin dalam perilaku
individu sehingga ia mengalami gangguan perilaku.
Ada beberapa golongan atau orang
yang tidak percaya terhadap fenomena kesurupan. Bahkan ada yang mengatakan
bahwa fenomena kesurupan adalah melanggar syari’at bahkan mengandung
unsur-unsur syirik. Namun fenomena kerasukan jin adalah kenyataan yang tidak
mungkin dibantah. Di samping memang sering terjadi di lapangan, realita ini
juga dibuktikan dengan dalil al Quran, hadis dan kesepakatan ulama.
Satu-satunya golongan yang mengingkari realita ini adalah mu’tazilah,
sebab mereka lebih mengedepankan akal dan logika sederhana, ketimbang dalil al Quran
dan sunah.
Ada banyak sebab, mengapa jin
merasuk ke dalam tubuh manusia, bisa karena motivasi cinta dan bisa sebaliknya,
karena kebencian. Terdapat banyak dalil dari al Quran dan hadis yang
menggambarkan keberadaan penyakit kesurupan jin. Allah berfirman dalam QS. al
Baqarah ayat 275 menceritakan tentang keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan
dari kubur.
šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ ”Ï%©!$# çmäܬ6y‚tFtƒ ß`»sÜø‹¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ßìø‹t7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh9$# 3
orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Mengenai ayat ini, ibnu katsir mengatakan
:
أي لا يقومون من قبورهم يوم القيامة
إلا كما يقوم المصروع حال صرعه وتخبط الشيطان له ، وذلك أنه يقوم قياماً منكراً ،
وقال ابن عباس : آكل الربا
يبعث يوم القيامة مجنوناً يخنق
“Maksud ayat, pemakan riba tidak akan dibangkitkan dari
kubur mereka pada hari kiamat kecuali seperti bangkitnya orang yang kesurupan
dan kerasukan setan. Karena dia berdiri dengan cara tidak benar. Ibnu Abbas
mengatakan, ‘Pemakan riba, dibangkitkan pada hari kiamat seperti orang gila
yang tercekik.’ ” [1]
Terkait fenomena kesurupan, al-Qurtubi
menegaskan,
هذه الآية دليل على فساد إنكار من أنكر
الصرع من جهة الجن، وزعم أنه من فعل الطبائع وأن الشيطان لا يسلك في الإنسان ولا
يكون منه مس
“Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran orang
terhadap fenomena kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa itu
hanya murni penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam tubuh-tubuh
manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.”[2]
Tentang fenomena kesurupan ini,
ada beberapa hadits yang menceritakan ada seorang pada zaman nabi yang kesurupan
atau kerasukan jin:
إنَّ الْمَرْأَةَ السَّوْدَاءَ أَتَتِ
النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ وَإِنِّى
أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللهَ لِى. قَالَ : إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ
وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ. قَالَتْ أَصْبِرُ. قَالَتْ
فَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ. فَدَعَا لَهَا.
Seorang wanita mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan ia berkata: “Sesungguhnya aku sering kerasukan dan auratku terbuka,
maka tolong berdoa kepada Allah untukku!” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Jika kamu bersabar, maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap
berkehendak untuk didoakan, aku akan berdoa pada Allâh agar menyembuhkanmu.
Wanita tersebut berkata, “Aku memilih sabar. Namun tolong berdoa kepada Allâh
agar auratku tidak terbuka”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa
untuknya.”[3]
كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُ مِنْهُ ثَلاَثَةَ أَشْيَاءَ عَجِيْبَةً، وَجَاءَتِ
امْرَأَةٌ بِصَبِيٍّ، فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ هَذَا يُصْرَعُ فِى
الشَّهْرِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، قَالَ: ادْنِيْهِ مِنِّي، فَتَفَلَ فِي فِيْهِ،
وَقَالَ: اخْرُجْ عَدُوَّ اللهِ أَنَا رَسُوْلُ اللهِ، ثُمَّ قَالَ لَهَا: إِذَا رَجَعْتِ فَأَعْلِمِيْنِي مَا
صَنَعَ، فَلَمَّا رَجَعَ اسْتَقْبَلَتْهُ بِكَبْشَيْنِ وَشَيْئٍ مِنْ سَمْنٍ
وَأَقْطٍ، فَقَالَ لِي: خُذْ مِنْهَا
أَحَدَ الْكَبْشَيْنِ وَمَا مَعَهَا، قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا رَأَيْتُ
مِنْهُ ذَاكَ
Aku pernah bersama Nabi, sehingga aku bisa
melihat dari beliau tiga perkara yang sangat mengagumkan. Kami melewati
seorang wanita yang tengah duduk membawa anaknya. Wanita itu berkata, “Ya Rasulullah,
anakku ini kesurupan dalam sebulan sampai tujuh kali”. Beliau bersabda,
“Dekatkanlah dia
kepadaku!”
Lalu beliau meludah di mulut anak itu seraya bersabda, “Keluarlah wahai
musuh Allah, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah!” Setelah itu
beliau berpesan, “Jika engkau telah kembali ke rumahmu, beritahukanlah kepadaku
tentang apa yang diperbuatnya”. Ketika beliau kembali dari perjalanannya,
wanita itu menemui beliau dengan menghadiahkan dua ekor kambing, minyak samin
dan susu perasan. Beliau bersabda kepadaku, “Terimalah salah
satu kambing yang dihadiahkannya, juga minyak dan susu perasannya!”
Wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, sekarang saya sudah tidak melihat lagi anakku
terkena kesurupan”.[4]
Para ulama ahli tafsir telah
bersepakat terhadap kebenaran adanya kesurupan sebagaimana yang mereka nyatakan
dalam kitab tafsirnya masing-masing dalam menafsirkan surat al Baqarah ayat ke
275. Mereka antara lain Imam Ath-Thabari, Imam Al-Qurthubi, Al-Hafizh Ibnu
Katsir dan Al-Alusi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa “Eksistensi jin telah
dinyatakan oleh Al-Quran, sunnah dan kesepakatan ulama salaf. Demikian pula
tentang bisa masuknya jin ke dalam jasad, dinyatakan dengan kesepakatan para Imam
Ahlus Sunnah. Perkara tersebut merupakan hal yang bisa disaksikan dan dirasakan
bagi orang yang mentadaburinya. Ia (jin) bisa masuk ke dalam jasad orang yang
kesurupan lalu orang tersebut berbicara dengan pembicaraan yang tidak
diketahuinya dan tidak disadarinya. Bahkan dipukul dengan pukulan yang sangat
keras pun tidak merasakannya.”
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di
dalam kitabnya Zad Al-Ma’ad mengatakan, ”Kesurupan itu ada dua jenis,
kesurupan karena ruh-ruh jahat yaitu jin, dan kesurupan karena adanya
percampuran berbagai hal yang hina (tabi’at-tabi’at buruk)”. Yang kedua
inilah yang menjadi pembicaraan para dokter tentang sebab dan cara
penyembuhannya, sedangkan kesurupan ruh-ruh (jin), maka para dokter spesialis
dan para ahli mengakuinya dan tidak menolak keberadaannya.
Di dalam Maqalat Ahlis Sunnah
Wal Jama’ah, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan bahwa menurut pendapat
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah jin dapat memasuki tubuh manusia, sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 275.
Disebutkan dalam hadis dari Abul
Aswad as-Sulami, bahwa diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ،
وَالْحَرِيقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa benda keras,
aku berlindung kepada-Mu dari mati terjatuh, aku berlindung kepada-Mu dari
tenggelam dan kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari keadaan setan
merasuki badanku ketika mendekati kematian.”[5]
Para Ahli Medis Dan Kedokteran
Modern juga berpendapat tentang fenomena kesurupan ini, antara lain :
1.
Dr. Abdurraziq Nufal
mengatakan:
“Terdapat beberapa penyakit yang tidak dikategorikan dalam
penyakit-penyakit manapun yang telah terdeteksi oleh para ilmuwan. Sekalipun
penyakit-penyakit tersebut memiliki kemiripan secara fisik dengan penyakit
lain, namun mereka (para ahli) tetap kebingungan mendeteksi jenisnya, dan
mencarikan obat untuknya. Mereka hanya mampu mencapai kesimpulan bahwa
penyakit-penyakit ini adalah lain dari yang lain.”
Beliau juga menambahkan, “Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa mereka
(para ahli) telah sampai pada kesimpulan bahwa penyakit itu adalah akibat
kerasukan jin. Jadi, semakin hari ilmu pengetahuan tersebut berkembang dan
mampu mengungkap hal-hal yang belum terungkap sebelumnya. Namun demikian,
betapa pun pesatnya ilmu pengetahuan, ia tidak akan bisa mencapai apa-apa yang
telah dicapai oleh al Quran. Kitab suci ini telah mengemukakan hal tersebut
sejak 14 abad silam.”
2.
Dr. Ali Muhammad Muthawi,
Dekan I pada Fakultas Kedokteran Universitas Al-Azhar, Mesir, mengatakan, “Kata
Al-Mass yang terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 275, serta
penyakit-penyakit lain yang ditimbulkan olehnya mencakup penyakit histeria,
epilepsi, dan penyakit-penyakit kejiwaan, terutama kegoncangan jiwa, termasuk
juga keragu-raguan dan yang menyakiti manusia adalah setan-setannya jin, baik
jin laki-laki maupun jin perempuan.”
[1] Tafsir Ibn
Katsir, 1:708
[2] Tafsir
a-Qurtubi, 3:355
[3]
HR. al-Bukhari 5/2140 (5328) dan Muslim 8/16 (6736).
[4] Syaikh Al-Bani
menyatakan hadits ini jayyid, dalam silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.485
[5] HR.
Nasai 5533 dan dishahihkan al-Albani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar