mantiq-sullamul munauroq

makalah fiqih,tafsir, hadis dll

Selasa, 28 Juli 2020


FENOMENA KESURUPAN
DAN METODE PENYEMBUHAN
 Oleh : Ahmad Faruq Ardianto

Peristiwa masuknya jin ke dalam tubuh manusia masih menjadi teka-teki bagi sebagian orang. Peristiwa yang lebih dikenal dengan istilah kesurupan atau kerasukan jin ini acap kali menjadi polemik di tengah masyarakat kita yang heterogen. Sehingga sekian persepsi bahkan sikap kontroversi pun bermunculan. Ada yang membenarkan dan ada pula yang mengingkari. Bahkan ada pula yang menganggapnya sebagai perkara dusta dan termasuk dari kesyirikan. Dalam Islam, Fenomena kesurupan merupakan bagian dari keyakinan kepada yang ghaib. Kesurupan merupakan intervensi jin dalam perilaku individu sehingga ia mengalami gangguan perilaku.
Ada beberapa golongan atau orang yang tidak percaya terhadap fenomena kesurupan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa fenomena kesurupan adalah melanggar syari’at bahkan mengandung unsur-unsur syirik. Namun fenomena kerasukan jin adalah kenyataan yang tidak mungkin dibantah. Di samping memang sering terjadi di lapangan, realita ini juga dibuktikan dengan dalil al Quran, hadis dan kesepakatan ulama. Satu-satunya golongan yang mengingkari realita ini adalah mu’tazilah, sebab mereka lebih mengedepankan akal dan logika sederhana, ketimbang dalil al Quran dan sunah.
Ada banyak sebab, mengapa jin merasuk ke dalam tubuh manusia, bisa karena motivasi cinta dan bisa sebaliknya, karena kebencian. Terdapat banyak dalil dari al Quran dan hadis yang menggambarkan keberadaan penyakit kesurupan jin. Allah berfirman dalam QS. al Baqarah ayat 275 menceritakan tentang keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan dari kubur.
šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ Ï%©!$# çmäܬ6ytFtƒ ß`»sÜø¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ßìøt7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh9$# 3
orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Mengenai ayat ini, ibnu katsir mengatakan :
أي لا يقومون من قبورهم يوم القيامة إلا كما يقوم المصروع حال صرعه وتخبط الشيطان له ، وذلك أنه يقوم قياماً منكراً ، وقال ابن عباس : آكل الربا يبعث يوم القيامة مجنوناً يخنق
“Maksud ayat, pemakan riba tidak akan dibangkitkan dari kubur mereka pada hari kiamat kecuali seperti bangkitnya orang yang kesurupan dan kerasukan setan. Karena dia berdiri dengan cara tidak benar. Ibnu Abbas mengatakan, ‘Pemakan riba, dibangkitkan pada hari kiamat seperti orang gila yang tercekik.’ ” [1]
Terkait fenomena kesurupan, al-Qurtubi menegaskan,
هذه الآية دليل على فساد إنكار من أنكر الصرع من جهة الجن، وزعم أنه من فعل الطبائع وأن الشيطان لا يسلك في الإنسان ولا يكون منه مس
“Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran orang terhadap fenomena kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa itu hanya murni penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam tubuh-tubuh manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.”[2]
Tentang fenomena kesurupan ini, ada beberapa hadits yang menceritakan ada seorang pada zaman nabi yang kesurupan atau kerasukan jin:
إنَّ الْمَرْأَةَ السَّوْدَاءَ أَتَتِ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللهَ لِى. قَالَ : إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ. قَالَتْ أَصْبِرُ. قَالَتْ فَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ. فَدَعَا لَهَا.
Seorang wanita mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ia berkata: “Sesungguhnya aku sering kerasukan dan auratku terbuka, maka tolong berdoa kepada Allah untukku!” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika kamu bersabar, maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap berkehendak untuk didoakan, aku akan berdoa pada Allâh agar menyembuhkanmu. Wanita tersebut berkata, “Aku memilih sabar. Namun tolong berdoa kepada Allâh agar auratku tidak terbuka”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuknya.”[3]
كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَيْتُ مِنْهُ ثَلاَثَةَ أَشْيَاءَ عَجِيْبَةً، وَجَاءَتِ امْرَأَةٌ بِصَبِيٍّ، فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ هَذَا يُصْرَعُ فِى الشَّهْرِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، قَالَ: ادْنِيْهِ مِنِّي، فَتَفَلَ فِي فِيْهِ، وَقَالَ: اخْرُجْ عَدُوَّ اللهِ أَنَا رَسُوْلُ اللهِ، ثُمَّ قَالَ لَهَا: إِذَا رَجَعْتِ فَأَعْلِمِيْنِي مَا صَنَعَ، فَلَمَّا رَجَعَ اسْتَقْبَلَتْهُ بِكَبْشَيْنِ وَشَيْئٍ مِنْ سَمْنٍ وَأَقْطٍ، فَقَالَ لِي: خُذْ مِنْهَا أَحَدَ الْكَبْشَيْنِ وَمَا مَعَهَا، قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا رَأَيْتُ مِنْهُ ذَاكَ
Aku pernah bersama Nabi, sehingga aku bisa melihat dari beliau tiga perkara yang sangat mengagumkan. Kami melewati seorang wanita yang tengah duduk membawa anaknya. Wanita itu berkata, Ya Rasulullah, anakku ini kesurupan dalam sebulan sampai tujuh kali”. Beliau bersabda, “Dekatkanlah dia kepadaku! Lalu beliau meludah di mulut anak itu seraya bersabda, Keluarlah wahai musuh Allah, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah! Setelah itu beliau berpesan, Jika engkau telah kembali ke rumahmu, beritahukanlah kepadaku tentang apa yang diperbuatnya”. Ketika beliau kembali dari perjalanannya, wanita itu menemui beliau dengan menghadiahkan dua ekor kambing, minyak samin dan susu perasan. Beliau bersabda kepadaku, Terimalah salah satu kambing yang dihadiahkannya, juga minyak dan susu perasannya!” Wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, sekarang saya sudah tidak melihat lagi anakku terkena kesurupan”.[4]
Para ulama ahli tafsir telah bersepakat terhadap kebenaran adanya kesurupan sebagaimana yang mereka nyatakan dalam kitab tafsirnya masing-masing dalam menafsirkan surat al Baqarah ayat ke 275. Mereka antara lain Imam Ath-Thabari, Imam Al-Qurthubi, Al-Hafizh Ibnu Katsir dan Al-Alusi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa  Eksistensi jin telah dinyatakan oleh Al-Quran, sunnah dan kesepakatan ulama salaf. Demikian pula tentang bisa masuknya jin ke dalam jasad, dinyatakan dengan kesepakatan para Imam Ahlus Sunnah. Perkara tersebut merupakan hal yang bisa disaksikan dan dirasakan bagi orang yang mentadaburinya. Ia (jin) bisa masuk ke dalam jasad orang yang kesurupan lalu orang tersebut berbicara dengan pembicaraan yang tidak diketahuinya dan tidak disadarinya. Bahkan dipukul dengan pukulan yang sangat keras pun tidak merasakannya.”
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam kitabnya Zad Al-Ma’ad mengatakan, ”Kesurupan itu ada dua jenis, kesurupan karena ruh-ruh jahat yaitu jin, dan kesurupan karena adanya percampuran berbagai hal yang hina (tabi’at-tabi’at buruk)”. Yang kedua inilah yang menjadi pembicaraan para dokter tentang sebab dan cara penyembuhannya, sedangkan kesurupan ruh-ruh (jin), maka para dokter spesialis dan para ahli mengakuinya dan tidak menolak keberadaannya.
Di dalam Maqalat Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan bahwa menurut pendapat Ahlus Sunnah Wal Jama’ah jin dapat memasuki tubuh manusia, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 275.
Disebutkan dalam hadis dari Abul Aswad as-Sulami, bahwa diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرِيقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa benda keras, aku berlindung kepada-Mu dari mati terjatuh, aku berlindung kepada-Mu dari tenggelam dan kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari keadaan setan merasuki badanku ketika mendekati kematian.”[5]
Para Ahli Medis Dan Kedokteran Modern juga berpendapat tentang fenomena kesurupan ini, antara lain :
1.      Dr. Abdurraziq Nufal mengatakan:
“Terdapat beberapa penyakit yang tidak dikategorikan dalam penyakit-penyakit manapun yang telah terdeteksi oleh para ilmuwan. Sekalipun penyakit-penyakit tersebut memiliki kemiripan secara fisik dengan penyakit lain, namun mereka (para ahli) tetap kebingungan mendeteksi jenisnya, dan mencarikan obat untuknya. Mereka hanya mampu mencapai kesimpulan bahwa penyakit-penyakit ini adalah lain dari yang lain.”
Beliau juga menambahkan, “Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa mereka (para ahli) telah sampai pada kesimpulan bahwa penyakit itu adalah akibat kerasukan jin. Jadi, semakin hari ilmu pengetahuan tersebut berkembang dan mampu mengungkap hal-hal yang belum terungkap sebelumnya. Namun demikian, betapa pun pesatnya ilmu pengetahuan, ia tidak akan bisa mencapai apa-apa yang telah dicapai oleh al Quran. Kitab suci ini telah mengemukakan hal tersebut sejak 14 abad silam.”
2.      Dr. Ali Muhammad Muthawi, Dekan I pada Fakultas Kedokteran Universitas Al-Azhar, Mesir, mengatakan, “Kata Al-Mass yang terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 275, serta penyakit-penyakit lain yang ditimbulkan olehnya mencakup penyakit histeria, epilepsi, dan penyakit-penyakit kejiwaan, terutama kegoncangan jiwa, termasuk juga keragu-raguan dan yang menyakiti manusia adalah setan-setannya jin, baik jin laki-laki maupun jin perempuan.”


[1] Tafsir Ibn Katsir, 1:708
[2] Tafsir a-Qurtubi, 3:355
[3] HR. al-Bukhari 5/2140 (5328) dan Muslim 8/16 (6736).
[4] Syaikh Al-Bani menyatakan hadits ini jayyid, dalam silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.485
[5] HR. Nasai 5533 dan dishahihkan al-Albani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar